Rabu 20 November 2024 07:00 am oleh ronalyw
IST BEDAH PELUANG--Diskusi politik membedah peluang pasangan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim dengan Firdaus Dg Manye-Hengky Yasin di Pilbup Takalar menghadirkan narasumber Direktur Eksekutif PT IPI Suwadi Idris Amir, pengamat Politik Unismuh Ridwan Fawallang, Tokoh Literasi dan penulis nasional Bachtiar Adnan Kusuma dan Direktur PT GSI Muhammad Ridwan Saleh
MAKASSAR, BKM–Kontestasi pemilihan bupati (Pilbup) Takalar masih sangat ketat antara dua pasangan calon (Paslon).
Paslon Muhammad Firdaus Daeng Manye-Hengky Yasin masih berada pada tingkat keterpilihan atau elektabilitas 49, 4 persen persen, sementara Paslon Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim alias Nojeng sebesar 40,8 persen. Sebelumnya Syamsari-Nojeng hanya 34 hingga 35 persen. Adapun responden yang belum menentukan pilihan masih ada 9,8 persen.
Hal itu dipaparkan direktur eksekutif PT Indeks Politika Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir dalam sebuah diskusi di Toddopuli Makassar, Selasa (19/11). “Disini menariknya kita hanya menggambarkan dari segi elektabilitas saja karena kalau popularitas mereka semua sudah populer rata-rata sudah diangka 90 persen, dan tingkat kesukaan juga rata-rata mencapai 80 persen,”ujar Suwadi.
Menurut Suwadi, ada hal yang menarik dari segi survei Pilbup 2024 dengan Pilbup 2017 yang lalu yang pada saat itu survei Syamsari-Ahmad Daeng Se’re tertinggal 8 persen dari lawannya H. Burhanuddin Baharuddin-Nojeng, tetapi dia membalikkan keadaan dengan menang tipis dari Burhanuddin.
“Pada saat itu H. Burhanuddin Baharuddin sudah berada di angka 50-an sementara Syamsari 41 atau 42. Ini agak mirip karena selisihnya juga kurang lebih hampir 8 persen berdasarkan pengalaman 2017 lalu,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Paslon Syamsari-Nojeng memiliki potensi dan masih sangat terbuka bisa memenangkan pertarungan.
Selain itu, awalnya masih cukup tinggi orang yang meragukan Syamsari karena dianggap belum maksimal sebagai bupati sebelumnya. Akan tetapi kata dia ada juga para elit dan kelompok-kelompok bangsawan yang merasa tidak cocok dengan gaya berpolitik Firdaus yang ingin melawan kotak kosong (Koko). “Ini juga yang membuat mereka baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi itu mendukung Syamsari-Nojeng karena merupakan putra Galesong sebagai calon bupati. Suka atau tidak suka masyarakat yang mencintai daerahnya tentu pasti lebih berpikir memilinya sebagai penentu kebijakan atau calon bupati,”jelas Suwadi. (rif)
Ridwan: Syamsari-Nojeng ‘Selamatkan’ 13 Muka Kandidat
PENGAMAT politik dari Unismuh Makassar Dr Ridwan Fawallang, menilai masuknya Paslon Syamsari-Nojeng, setidaknya mengobati rasa kecewa dari sedikitnya ada 13 hingga 15 kandidat atau bakal calon bupati dan wakil bupati yang batal maju seperti Burhanuddin, Fahruddin Rangga, Zulkarnain Arief, Amin Yakub, Mallarangan Tutu, Indar Jaya, Sindawa Tarang, Makmur Mustakim, Muhammad Hasbi, H Parawangsa, Yahe, H Baso Sau, H Sibali, dan matan Ketua KPU Sulsel Faizal Amir.
“Syamsari bisa dikatakan menyelamatkan 13 hingga 15 muka kandidat yang kandas. Dan keduanya ini bisa mengambil simpati dari kandidat yang tak mendapatkan pintu masuk di Pilkada,”jelasnya.
Pemerhati politik yang juga direktur PT GSI Muhammad Ridwan Saleh mengungkapkan bila format awal pada Pilbup Takalar awalnya kolom kosong, dan hanya menyisakan Partai Gelora yang memiliki modal tiga kursi, namun MK menyelamatkan partai kecil sehingga Syamsari yang juga Ketua DPW Gelora Sulsel bisa maju dengan menggandeng Natsir Ibrahim alias Nojeng yang pernah tercatat sebagai Ketua DPD II Golkar Takalar.
Dengan modal menjadi bupati selama lima tahun membuat Syamsari semakin optimis apalagi Nojeng juga pernah menjabat wakil bupati mendampingi H Burhanuddin.
Tokoh Literasi dan penulis nasional Bachtiar Adnan Kusuma mengemukakan bahwa untuk memilih pemimpin itu ada dua pendekatan yakni seberapa jauh karya yang dibuat serta pengalaman, baik di birokrasi maupun politik. “Syamsari pernah duduk sebagai Anggota Fraksi PKS DPRD Sulsel lalu menjadi bupati serta ketua Partai Gelora. Demikian pula Nojeng pernah duduk di DPRD Takalar, lalu menjadi wakil bupati dan ketua Golkar,”jelas Bachtiar. Bachtiar menambahkan bahwa dengan teori keberlanjutan, Syamsari intens membangun sumberdaya manusia karena mampu menempatkan pendidikan pada poin pertama. (rif)