Ada yang Sukses, Banyak juga yang Gagal! Protes Gen Z Menyebar ke 22 Negara pada 2025

2 hours ago 6

loading...

Protes Gen Z menyebar ke 22 negara sepanjang pada 2025. Foto/X/@Sporting_TC

LONDON - Di berbagai benua dan budaya, kaum muda menghadapi realitas sehari-hari yang sangat berbeda, mulai dari mengalami ketidakamanan di Lima hingga hidup dengan pemadaman listrik bergilir di Antananarivo. Namun pada tahun 2025, satu pengalaman menyatukan mereka: protes. Generasi Z – lahir antara akhir tahun 1990-an dan awal 2010-an – berbagi rasa frustrasi dan kemarahan terhadap elit yang dianggap tidak peka, dan tekad untuk didengar.

Di berbagai negara yang terpisah ribuan kilometer, pemandangan serupa terjadi, menampilkan kerumunan anak muda, plakat yang dilukis tangan, slogan viral yang lahir di platform seperti TikTok atau Discord, dan tuntutan sederhana.

Melansir Nezar Data, gerakan protes Gen Z sepanjang 2025 menyebar hingga 22 negara di seluruh dunia. Di banyak negara, gerakan tersebut masih berlangsung seperti di Meksiko, Italia, Prancis, hingga Serbia. Selain itu, ada yang mampu menggulingkan pemerintahan, seperti di Nepal. Tetapi banyak juga yang dinilai gagal, seperti Iran dan Mozambik. Tapi, Gen Z diprediksi akan menjadi gerakan global yang akan terus berlangsung.

"Ini adalah generasi yang tidak hanya bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi agar setiap orang memiliki akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan perumahan, serta untuk mengakhiri korupsi dalam kekuasaan," kata sosiolog Michel Wieviorka, direktur studi di Sekolah Studi Lanjutan Ilmu Sosial (EHESS), dilansir DW. "Ini adalah protes yang didorong oleh nilai-nilai universal."

Ada yang Sukses, Banyak juga yang Gagal! Protes Gen Z Menyebar ke 22 Negara pada 2025

1. Mengusung Gagasan One Piece yang Diawali di Indonesia

Gerakan ini dimulai di Indonesia pada akhir musim panas. Di Jakarta, pengumuman tunjangan perumahan untuk anggota parlemen – hampir sepuluh kali lipat upah minimum – menjadi pemicu, mendorong mahasiswa untuk turun ke jalan.

Satu simbol dengan cepat muncul dari demonstrasi tersebut: bendera bajak laut dari manga terlaris di dunia, "One Piece", yang menjadi lambang pemberontakan Generasi Z.

Pada bulan September, gerakan tersebut mendapatkan momentum dramatis di Nepal. Video viral di Instagram dan TikTok mengungkap gaya hidup mewah "anak-anak nepotisme", sementara pemerintah memblokir sekitar dua puluh platform digital.

Kemarahan meletus di Kathmandu, di mana gedung parlemen dibakar. Selama dua hari, negara itu dilanda kerusuhan hebat.

Baca Juga: MBS Vs Sheikh Mohamed, Persaingan Tersembunyi yang Memanas di Timur Tengah

2. Menuntut Reformasi hingga Keadilan Sosial

Gelombang kejut kemudian mencapai Afrika. Di ibu kota Madagaskar, Antananarivo, protes yang dipimpin kaum muda tidak lagi hanya mengecam pemadaman air dan listrik tetapi juga menuntut pengunduran diri presiden.

"Kami tidak meminta kemewahan, hanya sarana untuk hidup bermartabat," teriak para demonstran, banyak di antara mereka adalah mahasiswa atau pekerja muda yang rentan.

Di Maroko, mobilisasi mengambil bentuk yang berbeda. Kolektif Gen Z 212 – merujuk pada kode telepon negara tersebut – berorganisasi di Discord, mengoordinasikan seruan untuk berdemonstrasi dan mendorong prioritasnya, termasuk reformasi sekolah, akses ke layanan kesehatan, dan keadilan sosial.

Di benua Amerika, pemuda Peru melakukan mobilisasi dari Lima hingga Cusco melawan ketidakstabilan politik, korupsi, dan tingkat ketidakamanan yang mencapai rekor tertinggi.

3. Tuntutan Berbeda, tetapi Konteksnya Serupa

Meskipun tuntutannya berbeda, konteks yang lebih luas serupa.

Read Entire Article
Info Buruh | Perkotaan | | |