BRICS Lego Obligasi AS Rp482 Triliun, Sinyal Dedolarisasi Menguat

4 hours ago 10

loading...

Negara-negara anggota BRICS tercatat melepas surat utang AS senilai sekitar USD28,8 miliar pada Oktober lalu. FOTO/Watcher Guru

JAKARTA - Negara-negara anggota BRICS tercatat melepas surat utang Amerika Serikat (AS) senilai sekitar USD28,8 miliar atau setara Rp482 triliun pada Oktober lalu. Data Departemen Keuangan AS menunjukkan penjualan tersebut didorong oleh langkah China, India, dan Brasil yang secara agresif mengurangi kepemilikan obligasi pemerintah AS di tengah menguatnya tren dedolarisasi global.

India menjadi negara dengan penjualan terbesar dengan memangkas kepemilikan surat utang AS sebesar USD12 miliar. China menyusul dengan pengurangan sekitar USD11,8 miliar, sementara Brasil melepas sekitar USD5 miliar. Data Treasury International Capital System juga mencatat, dalam periode Oktober 2024 hingga Oktober 2025, China telah menjual obligasi AS senilai USD71,4 miliar, Brasil USD61,1 miliar, dan India USD50,7 miliar.

Baca Juga: BRICS Sepanjang 2025: Indonesia Bergabung hingga Jalan Terjal Dedolarisasi

Raksasa perbankan ING menilai langkah tersebut sebagai sinyal kuat perubahan arah pengelolaan cadangan devisa. "Negara-negara BRICS secara perlahan namun pasti mulai meninggalkan pasar surat utang AS, seiring upaya mereka mengurangi ketergantungan pada dolar dan memperkuat kemandirian moneter," tulis ING dalam kajiannya dikutip dari Watcher Guru, Rabu (30/12/2025).

Langkah penjualan obligasi AS oleh BRICS terjadi bersamaan dengan pandangan bearish JPMorgan terhadap dolar AS pada 2026. Bank investasi tersebut menilai arah kebijakan moneter global berpotensi menekan greenback, terutama ketika Federal Reserve mulai melonggarkan kebijakan, sementara Bank Sentral Eropa cenderung bertahan dan Bank of Japan membuka peluang kenaikan suku bunga.

JPMorgan memproyeksikan nilai tukar EUR/USD berada di level 1,20 dan GBP/USD di 1,36 pada akhir 2026, sementara USD/JPY diperkirakan bergerak ke kisaran 164. Meski demikian, pelemahan dolar dinilai bisa tertahan oleh pertumbuhan ekonomi AS yang relatif solid serta tekanan inflasi yang berpotensi membuat The Fed mempertahankan kebijakan ketat lebih lama.

Read Entire Article
Info Buruh | Perkotaan | | |