Menyoroti Risiko Siber OT dan Dorong Penerapan Security by Design dalam Industri 4.0

2 hours ago 2

loading...

ITSEC Asia, perusahaan keamanan siber dan kecerdasan buatan (cyber-Al) membagikan pandangan terbaru mengenai tingkat kesiapan sektor manufaktur nasional menghadapi ancaman siber yang semakin canggih. Foto/Dok

JAKARTA - PT ITSEC Asia Tbk perusahaan keamanan siber dan kecerdasan buatan (cyber-Al) terdepan di Indonesia membagikan pandangan terbaru mengenai tingkat kesiapan sektor manufaktur nasional menghadapi ancaman siber yang semakin canggih. Pernyataan ini merujuk pada penjelasan Presiden Direktur & CEO, Patrick Dannacher, bertajuk "Cyber Threats Are Getting Smarter, Is Indonesia's Smart Manufacturing Ready?".

Dannacher menegaskan, bahwa profil risiko bagi pelaku industri manufaktur berubah sangat cepat seiring meningkatnya konektivitas cloud, adopsi IoT, serta penyatuan sistem operational technology (OT) dan information technology (IT). Serangan yang sebelumnya berfokus pada jaringan perkantoran kini mulai menyasar lini produksi dan lingkungan pabrik.

Dalam konteks ini, gangguan operasional yang berlangsung hanya selama beberapa menit dapat langsung berdampak pada hilangnya output, potensi risiko keselamatan, hingga penalti kontraktual. Ia menekankan bahwa transformasi digital tanpa keamanan yang dibangun sejak awal hanya akan memperluas permukaan serangan.

Baca Juga: Jurus Jitu Menangkal Serangan Siber bagi Perusahaan Manufaktur

ITSEC Asia mencatat bahwa ransomware dan serangan supply chain kini bukan lagi sekadar kasus teoretis. Di Indonesia dan kawasan regional, organisasi industri dan manufaktur mengalami pemantauan dan percobaan serangan setiap hari, dengan sejumlah insiden yang telah berdampak pada sistem produksi.

Seiring meningkatnya integrasi antara OT dan IT, satu perangkat laptop yang terinfeksi, akun pemasok yang dibajak, atau koneksi jarak jauh yang tidak aman dapat langsung mengganggu jalur produksi dan menimbulkan dampak bisnis yang signifikan.

Perusahaan menilai tingkat kesiapan sektor manufaktur Indonesia masih bervariasi. Beberapa perusahaan besar telah menerapkan kontrol keamanan yang kuat, namun banyak pabrik kecil hingga menengah yang masih berada pada tahap awal perjalanan keamanan sibernya.

Pada lingkungan ini, kebijakan dan tata kelola seringkali belum seragam, segmentasi jaringan antara OT dan IT masih lemah belum ada, serta kapabilitas monitoring dan incident response belum disesuaikan dengan lanskap ancaman saat ini. Situasi ini menunjukkan bahwa risiko siber cenderung muncul pada titik terlemah dalam ekosistem produksi, bukan bagian yang paling kuat.

Sumber kerentanan lain muncul dari integrasi peralatan lama dengan sistem digital modern. Banyak pabrik masih mengoperasikan mesin OT berusia puluhan tahun yang tidak dirancang untuk konektivitas always-on.

Read Entire Article
Info Buruh | Perkotaan | | |