Rebound Usai Likuidasi Besar, Harga Bitcoin Melonjak Lebih Rp1,5 Miliar

2 hours ago 3

loading...

Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat setelah sempat tertekan oleh gelombang likuidasi besar pada pekan lalu. FOTO/iStock Photo

JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat setelah sempat tertekan oleh gelombang likuidasi besar pada pekan lalu. Aset kripto terbesar di dunia tersebut menembus level USD92.000 atau lebih dari Rp1,5 miliar pada perdagangan Selasa malam hingga Rabu pagi waktu Indonesia.

Penguatan ini dipicu meningkatnya minat institusi global serta pulihnya sentimen pasar usai penurunan tajam akhir pekan lalu. Arah positif pasar semakin ditegaskan oleh langkah sejumlah institusi keuangan besar yang memperluas eksposur terhadap aset digital. Goldman Sachs dikabarkan tengah mengakuisisi Innovator Capital Management dalam kesepakatan sekitar USD2 miliar, memperkuat posisi mereka di ekosistem ETF Bitcoin. Di sisi lain, Vanguard yang sebelumnya menolak aset digital kini membuka akses perdagangan ETF Bitcoin bagi jutaan kliennya, mengikuti perubahan kebijakan Bank of America yang mengizinkan 15.000 penasihat keuangan memberikan rekomendasi alokasi Bitcoin sebesar 1–4%.

Baca Juga: Shutdown AS Berakhir, Harga Bitcoin Tergelincir di Bawah USD100.000

Vice President Indodax, Antony Kusuma, mengatakan keputusan strategis dari institusi besar tersebut menjadi pemicu utama penguatan harga Bitcoin pada pekan ini. "Penerimaan institusi besar menjadi faktor utama dalam kenaikan Bitcoin. Langkah Goldman Sachs, Vanguard, hingga Bank of America membuka akses lebih luas terhadap produk berbasis Bitcoin telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap aset kripto," jelas Antony dalam pernyataannya, dikutip Kamis (4/12/2025).

Ia menjelaskan rebound harga juga didorong oleh dinamika pasar jangka pendek. Menurutnya, koreksi ke area USD83.800–84.000 sempat memicu likuidasi besar, namun segera direspons dengan minat beli yang kuat dalam 24 jam terakhir. "Volume perdagangan global meningkat signifikan dalam 24 jam. Rebound ini menunjukkan respons cepat pasar terhadap level support yang cukup kuat," ungkapnya.

Pergerakan harga Bitcoin turut dipengaruhi sentimen makro. Berakhirnya program Quantitative Tightening (QT) oleh Federal Reserve (The Fed) pada Senin (1/12) menjadi katalis tambahan bagi likuiditas pasar. The Fed menutup QT dengan menyuntikkan sekitar USD13,5 miliar melalui operasi repo harian, salah satu injeksi likuiditas terbesar sejak masa pandemi, yang biasanya mendorong aset berisiko seperti kripto.

Read Entire Article
Info Buruh | Perkotaan | | |