Alumni Fapet Unhas angkatan 1991 saat memberikan hadiah umrah kepada Daeng Caya sebagai tanda terima kasih mereka yang telah memberi makan saat kuliah.
MAKASSAR, BKM – Ada yang istimewa saat Dies Natalis ke-61 Fakultas Peternakan Unhas yang dirangkaikan Hari Pulang Kandang (HPK), Minggu (4/5/2025) lalu.
Di sela-sela pengundian doorprize untuk peserta fun run, sejumlah angkatan dipersilakan tampil di panggung. Mereka menceritakan kisah menarik selama mereka kuliah.
Misalnya angkatan 1988 yang tampil kompak menggunakan seragam angkatan mereka. Salah satu yang mereka kenang adalah senior yang mengospek mereka.
Salah satu senior yang sulit dilupa adalah Nasrullah. Nasrulah yang pernah menjabat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI adalah angkatan 1984.
Nasrullah yang kini menjabat Staf Ahli Menteri Pertanian diajak ke atas panggung untuk foto bersama. “Inimi senior yang ospek kami,” kata salah satu alumni angkatan 1988.
Beberapa angkatan lain menampilkan kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan. Seperti angkatan 1993 yang hari itu berseragam kemeja kotak-kotak.
Ketua angkatan 1993 Suratmanto tampil memaparkan kegiatan angkatannya. “Kami sudah mendatangi beberapa lokasi bersama. Termasuk pernah ke Bali,” kata Suratmanto.
Angkatan 1995 juga tidak mau kalah. Dengan juru bicara angkatannya Armanji, ia mengungkapkan jika angkatan 1995 sejauh ini termasuk angkatan yang paling kompak. Bahkan ada yang jauh datang dari Ternate hanya untuk mengikuti kegiatan ini.
Yang lebih istimewa adalah saat angkatan 1991 tampil. Angkatan 1991 adalah penampil pertama di atas panggung.
Dekan Fapet Unhas, Prof Dr Syahdar Baba adalah alumni angkatan 1991. Ia tampil di atas panggung sebagai pembuka untuk angkatan 1991.
“Story telling yang kami jelaskan saat ini hanya satu topik. Yaitu Daeng Caya. Mana Daeng Caya,” ucap Prof Syahdar memanggil Daeng Caya.
Sekadar diketahui Daeng Caya adalah pemilik warung di sekitar Animal Centre Fakultas Peternakan. Tidak jauh dari sekretariat Himpunan Mahasiswa Profesi Peternakan (HMPP).
Di warungnya Daeng Caya bersama suami Daeng Sai menjual nasi ikan, nasi telur, mi rebus dan aneka jajanan. Seperti ubi goreng dan tarajong.
Bangunan warung Daeng Caya hanya beratap nipah. Tanpa dinding dan sekat. Berjejer bangku kayu dengan meja kayu ala kadarnya. Daeng Caya memasak menggunakan kayu bakar.
“Daeng Caya ini adalah salah satu mace-mace kampus (penjual makanan) di Peternakan yang mana saat kami krisis, penyelamatnya adalah beliau,” kata Prof Syahdar.
Prof Syahdar berkisah, jika yang sulit ia lupakan adalah saat bulan puasa di himpunan. Ketika bermalam di sekaretariat HMPP mereka dikerjai salah satu senior mereka angkatan 1989, Muhammad Ramli.
“Saat kami tidur, Pak Ramli menyetel jam dinding pukul 4 subuh. Padahal sebenarnya masih jam 12 malam. Kami lalu dibangunkan sahur,” kisahnya.
Setelah kami sahur, ternyata baru sadar masih jam 12 malam. Untuk makan sahur lagi, sudah tidak ada bekal makanan. “Akhirnya kami minta di rumah Daeng Caya yang dekat dengan himpunan,” kenangnya.
Selain itu, banyak juga mahasiswa kala itu makan kue di warung Daeng Caya tidak sesuai yang dibayar. “Ada yang makan lima hanya nyebut dua,” kata Pak Dekan.
Prof Syahdar mengungkap jika saat itu ada ucapan yang sulit ia lupakan sampai saat ini dari Daeng Caya.
“Saat kami tanya, berapa ki Daeng Caya. Pasti Daeng Caya bilang, kautommi anrekengngi,” katanya.
“Untuk bertobat itu ada tiga cara. Yang pertama tidak melakukan lagi, kemudian salat tobat dan ketiga meminta maaf kepada Daeng Caya,” katanya.
Sebagai bentuk permohonan maaf dan ucapan terima kasih atas jasa-jasa Daeng Caya, angkatan 1991 Fapet Unhas memberi hadiah umrah ke Daeng Caya.
Prof Syahdar lalu memanggil Daeng Caya ke panggung. Saat ke panggung Daeng Caya belum sadar jika ia akan diumrahkan. Ia naik dengan santai.
Saat giliran Dr Syahrir Akil berbicara bahwa angkatan 1991 akan mengumrahkannya, Daeng Caya langsung memeluk Prof Syahdar. Ia langsung mengusap wajahnya. Dan menutup wajahnya beberapa saat dengar jari-jarinya yang sudah berkerut. Ia juga memegang erat lengan Prof Syahdar. “Terima kasih pak,” katanya tak bisa menahan air matanya.
“Warung Daeng Caya dan suaminya Daeng Sai dulu ada di bawah pohon kapuk tidak jauh dari sini. Saat kami belum punya uang, kami suruh catat dulu. Nanti kalau sudah ada uang, baru kami bayar,” kata Syahrir Akil yang kini menjabat Direktur BSB, salah satu perusahaan milik Charoen Pokphand Indonesia.
Syahrir juga berharap, apa yang dilakukan angkatan 1991 bisa menjadi contoh pihak lain. Dimana, selalu memerhatikan orang-orang kecil yang telah berjasa kepada siapapun.
Di akhir penampilan angkatan 1991, Prof Syahdar meminta Daeng Caya untuk mengucapkan kalimat yang masing terngiang-ngiang di telinga mereka.
Dengan suara khasnya Daeng Caya langsung berbicara menggunakan mic. “Kautommi anrekngngi,” ucap Daeng Caya. (*)