Minggu 18 Mei 2025 21:19 pm oleh ronalyw
MAKASSAR, BKM — Relawan TIK Indonesia melalui Akademi Relawan TIK FC (ARTIKA) menggelar Kursus Pelatih secara daring pada Sabtu (10/5).
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini menjadi wadah pembekalan bagi para pelatih relawan TIK agar mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator pembelajaran yang adaptif, inklusif, dan kontekstual di tengah arus transformasi digital nasional.
Kursus ini menghadirkan narasumber dari jajaran pengurus pusat RTIK Indonesia dan ARTIKA serta diikuti oleh peserta dari berbagai daerah.
Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Umum RTIK Indonesia, Hani Purnawanti, dan Ketua ARTIKA, Rinda Cahyana, S.T., M.T., yang sama-sama menekankan pentingnya peran pelatih sebagai motor penggerak perubahan, bukan sekadar penyampai informasi. Selanjutnya, sesi pemaparan materi dipandu oleh Andi Asy’hary J. A., M.I.Kom selaku moderator dari Pusdiklat ARTIKA. Para narasumber yang tampil dalam kursus ini adalah Dr. Lady Giroth, S.S., M.Si., M.Pd yang membuka materi dengan pengantar pelatih berbasis prinsip andragogi dan kolaborasi.
Masruhan Mufid, S.Pd., M.Kom membawakan materi tentang metode pembelajaran daring yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Dilanjutkan oleh Drs. Hamzah Fathoni, M.M yang menekankan pentingnya pembangunan komunitas digital berbasis kearifan lokal dan inovasi, serta ditutup oleh Muhammad Yunus, M.Kom yang memperkenalkan sistem pembelajaran daring melalui platform LMS belajar.relawantik.or.id.
Melalui kursus ini, Relawan TIK Indonesia menunjukkan komitmennya sebagai organisasi nasional yang aktif mendampingi masyarakat dalam menghadapi tantangan dan peluang digitalisasi. Seluruh materi yang disampaikan mengarah pada penguatan kapasitas pelatih agar mampu menjangkau lebih luas lapisan masyarakat dengan pendekatan yang sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan geografis. Para pelatih diharapkan meneladani langkah-langkah tokoh yang telah lebih dulu berkontribusi, serta konsisten menyebarkan semangat pemberdayaan digital. Yang tak kalah penting, meskipun kurikulum literasi digital disusun secara nasional, pendekatan lokal tetap menjadi penting. Penerapan materi harus disesuaikan dengan konteks budaya, sosial, dan geografis di masing-masing daerah. Oleh karena itu, keterlibatan langsung pelatih maupun Relawan TIK dari daerah setempat menjadi penting agar program benar-benar hidup, relevan, dan menyatu dengan masyarakat. (Rls)